Rabu, 18 Februari 2009

Mohon Dicintai Allah Swt, Melalui Sebuah Doa

( By : Aam Amirudin )

“Ya Allah, aku memohon curahan cinta-Mu dan kecintaan orang orang yang mencintaimu, serta memohon curahan amal yang dapat mengantarkan diriku mencintai – Mu. Ya Allah, jadikanlah kecintaan kepada- Mu lebih tertanam dalam jiwaku melebihi kecintaanku pada diri sendiri dan keluargaku” ( H.R. Tirmidzi ).

Andai di dunia ini tidak ada cinta, hidup akan serasa gersang, hampa dan tidak ada dinamikanya. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian, dan yang jauh menjadi dekat, itulah gambaran kekuatan cinta.

Cinta dilihat dari sudut manapun selalu menarik untuk di bahas. Sejarah mencatat, sejumlah seniman, teolog, filsuf membicarakan cinta dari berbagai  perspektif, baik dalam bentuk roman, puisi, syair, bahkan smapai dalam tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psychologis, atau pun sosialogis.

Filsuf sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan, siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita. Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta sampai sampai ia menyebut orang yang tidak tertyarik untuk membicarakannya sebagai orang yg berjalan dalam kegelapan.

Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai dasar dari perdamaian, keharmonisan, ketentraman, kebahagian, bahkan kebangkitan peradaban. Namun, apa sesungguhnya cinta itu? Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan devinisi. Belum pernah ditemui suatu rumuisan tentang cinta yang singkat, padat, dan mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.

Jalaludin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata kata yang bisa mewakili kedalamannya.

Cinta adalah sebuah Samudera yang kedalamannya tak terukur

Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan, buku dan lembaran halaman

Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pencinta

Apapun yang engkau katakana atau dengar adalah kulitnya

Intisari cinta adalah Misteri yang tak dapat kau buka !

Cukuplah ! berapa lagi kau akan lengketkan kata kata di lidahmu

Cinta memiliki banyak kenyataan melampaui pembicaraan

Oleh sebab itu, kita tidak akan mendefinisikan cinta, karena khawatir mereduksi kedalamannya. Biarlah cinta berbicara dalam perbuatan kita. Disini, kita akan mencoba mencermati unsure unsure yang selalu ada dalam cinta. Erick Fromm, murid kesayangannya Sigmund Frued, menyebutkan empat unsure yang harus ada dalam cinta, yaitu :

1.      Care (Perhatian ), cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai. Kalau kita mencintai diri sendiri kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Kalao kita mencintai orang lain, kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadpi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya.  Kalau kita mencintai Allah, kita akan benar benar memperhatikan hal hal apa saja yang di ridhoi atau dibenci oleh NYA.

2.      Responsibility (Tanggung jawab), cinta harus melahirkan sikap bertanggung jawab terhadap objek yang dicintai. Orang tua yang mencinatai anaknya akan bertanggung jawab pada kesejahteraan material, spiritual, dan masa depan anaknya. Suami yang mencintai isterinya akan bertanggung jawab dengan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Karyawan yang mencintai perusahaannya, akan bertanggung jawab pada kemajuan perusahaannya. Orang yang mencintai tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Itulah responsibility.

3.      Respect ( Hormat ), Cinta harus melahirkan sikap menerima objek yang dicintai apa adanya, kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki, sehingga kita selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respek.

4.      Knowledge ( Pengetahuan ), Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai. Kalao kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami , kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Kalau kita mencintai tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran ajarannya.

Kalau 4 unsur ini ada dalam kehidupan kita, Insya Allah hidup ini akan bermakna. Apapun yang kita lakukan, kalau berbasiskan cinta pasti akan terasa ringan. Karena itu Rasulullah SAW pernah bersabda :

            Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai orang lain sbagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” “ Cintai olehmu makhluk yang ada di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu.” (H.R. Muslim)

Cinta kepada Allah SWT adalah puncak cinta manusia yang paling bening dan jernih. Cinta sebagai mediator untuk mengikat atau menghubungkan hamba dengan Allah SWT. Adanya kerinduan ingin bertemu dengan Allah SWT dan kerinduan kepada-Nya tidak hanya berkomunikasi dalam bentuk Shalat, do’a, dzikir, dan membaca Al-Qur’an saja, melainkan seluruh tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah yang satu. “ Laailaaha illallaah”. Rasulullah SAW adalah orang yang patut dijadikan uswah atau teladan dalam mengaktualisasikan cinta kepada Allah SWT.

            Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS Ali Imran 3: 31)

Cintanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya terekspresikan dalam bentuk ketaatan, penghormatan, dan pengagungan kepada-Nya. Tidak salah kita mencintai harta, wanita, kedudukan, kekayaan, orang tua, dan anak. Yang salah adalah cinta kita terhadap mereka sampai melupakan sang Khaliq.

Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan  kerugiaannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah samapai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At- Taubah 9:224)

Orang yang cinta kepada Allah SWT menjadi tidak sabar dan resah bila tidak memenuhi kehendaknya. Tidak bisa tenang bersama yang lain kecuali bersama Allah, tidak menyebut-nyebut yang lain kecuali menyebut-nyebut dan mengingat-ingat-Nya.

Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan sisang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, ( yaitu)  orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang pencuiptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran 3:190-191)

Ketika seseorang dipenuhi rasa cinta oleh Allah, dengan penuh kesadaran dia akan menerima ketentuan Allah, baik suka maupun duka. Bila sudah demikian keadaan seorang hamba, Allah pasti akan memberikan percikan-percikan cahaya memberika kektenangan ke dalam hatinya karena cinata Allah yang Maha Rahman dan Rahim, yang Maha Memberikan Cahaya, dan Cahayanya  meliputi alam semesta, “Cahaya di atas Cahaya.”

Menurut Ibnu Shina, bila seseorang sudah mencapai klimaks cinta kepada Allah, akan bersemayam di dalam dirinya siafat-sifat berikut :

1.      Selalu bergembira dan mudah tersenyum bila bertemu sesama.

2.      pemurah sehingga tidak berbekas lagi kecintaan terhadap dunia.

3.      Berani, karena yakin Allah sebagai tempat berlindung.

4.      Pemaaf, sebagai konsekuensi dari hatinya yang sudah dipenuhi cinta kepada Allah.

5.      Selalu lapang dada, karena melihat keagungan Allah yang terbentang di alam luas, melihat substansi dari setiap fenomena yang tersaksikan, sehingga menimbulkan kecintaan yang semakin mendalam kepada Allah. Dimanapun berada, ia selalu merasakan bahwa Allah selalu melihatnya dan sellu hadir bersamanya kemanapun dia menghadap, disitu ada “Wajah Allah”.

Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungghnya Allah Maha Luas(Rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqoroh 2:115)

“Apabila Aku mencinatainya, maka Aku merupakan pendengaran yang Ia pergunakan untuk mendengar, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihat, Aku merupakan Tangan yang ia pergunakan untuk memegang, dan Aku merupakan Kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya dia memohon kepadaku, niscaya aku mengabukannya, seandainya dia berlingung diri kepada Ku, niscaya aku melindungi-Nya.” (H.R. Bukhari)

Cinta kepada Allah SWT akan menjadi sumber energi sebagai pendorong untuk mengarahkan kehidupannya. Dan mampu menempatkan cintanya kepada yang lain secara Proporsional. Dengan berada dalam koridor yang dicintai Allah. Hal tersebut akan tereflesikan dengan mencintai sesamam manusia, flora, fauna, bahkan semua makhluk Allah di alam semesta ini.

Cinta kepada Allah dan cinta kepada seluruh makhluk yang bersumber dan bermuara pada kecintaan kepada Allah SWT. Sebagai sumber segala sesuatu, itulah yang dinamakan cinta sejati. Demikian nasihat Djalaludin Rumi.

Supremasi kebahagiaan tertinggi adalah jika kita mampu mencintai orang lain, dengan tulaus tanpa pamrih, mencintai diri sendiri secara proporsional, mencintai Allah SWT dengan penuh loyalitas, dan selalu merasa dicintai-Nya. Inginkah hidupkah hidup kita bermaka ? sering-seringlah membeca doa let a love be you’r energy!. Selamat berlayar mengarungi samudra cinta Allah yang tak berbatas

Kasih Sayang Rasulullah Saw

Kepada Perempuan

(by: DR. Ragibh As Sirjani)

“ Sungguh Muhammad telah berjuang membebaskan perempuan, dan dia telah memeberikan contoh teladan dalam hal ini.” Boutros Gali (pemikir Kristen Mesir)

“ Sepertiga kaum wanita di dunia merasakan kekerasan rumah tangga dalam hidupnya. Hal ini dialami oleh 4 juta wanita Jerman dan 4 juta istri di AS setiap tahunnya; Frederico Mayor (Alam Jadit, Hal: 137.)

Seperti itulah kondisinya, namun Islam menampilkan sesuatu yang berbeda. Wanita tentu memiliki kelemahan, tapi itu bukan sesuatu yang buruk. Dari satu sisi mereka tidak menginginkan demikian, namun di sisi lain malah terpuji dan menguntungkan. Sisi yang pertama adalah kelemahan fisik dan ini bukanlah sesuatu yang tercela. Sisi kedua adalah lemah hati dan perasaan, dan tentu saja ini adalah hal terpuji. Semakin bertambah perasaan ini, tanpa berlebihan, maka akan semakin baik.

Rasulullah SAW menghargai kelemahan yang ada pada wanita ini, berusaha untuk menjaga mereka dari segala gangguan fisik maupun non fisik, serta menunjukkan kasih sayangnya kepada mereka dengan beragam cara dan dalam banyak kondisi. Rasulullah SAW selalu bersabda kepada para sahabat beliau, “Pergaulilah wanita dengan baik.”  Nasihat ini banyak berulang ketika “Hujjatul Wad’a”  ketika menyampaikan khutbah dihadapan ummatnya.Rasulullah SAW yakin bahwa  nasihat ini sangat penting sehingga menjadikannya sebagai bagian khusus dari khutbahnya pada saat itu.

Rasulullah SAW bersabda pada hari itu:

pergaulilah wanita dengan baik, sesungguhnya mereka adalah tawanan bagimu (karena ketundukan

dan kepatuhan seorang wanita)”

Rasulullah SAW mengumpamakan mereka seperti tawanan, sebab kepemimpinan iti ada di tangan laki-laki putusan talaq juga ada di tangan laki-laki. Adanya kekuatan pada laki-laki dan kelemahanpada perempuan sering membawanya dalam keadaan sulit. Oleh karena itu, Rasulullah SAW ingin menumbuhkan kasih saying laki-laki pada mereka dangan sabda beliau:

orang yang paling baik diantara kalian ialah orang yang paling baik terhadap keluarganya, dan akulah

yang paling baik kepada keluargaku.” (HR. Muslim, Abu Ya’la dan Baihaki)

Dalam sebuah kalimat yang indah Rasulullah SAW menyamakan antara kedudukan laki-laki dengan perempuan tanpa mengurangi kedudukan mereka sebagai perempuan. Beliau bersabda :

“ sesungguhnya perempuan adalah saudara kandung laki-laki.” ( HR. Muslim, Abu Dawud,Ahmad, dan Abu Ya’la)

Ibnul Atsir berkata, “ saudara kandung laki-laki artinya bahwa perempuan itu setara dan setingkat dengan mereka.”  Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin untuk tidak membenci perempuan walaupun ada tabiat yang kurang baik pada diri mereka. Beliau bersabda :

            janganlah seorang mukmin benci kepada seorang mukninah. Apabila ada prilaku yag dia tidak senangi

darinya, maka ada bagian lainnya yang dia sukai” (HR. Muslim, Abu Ya’la dan Baihaqi)

Tentu beliau memahami hal ini dari firman Allah SWT :

… kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. Annisa : 19)

Yang paling perlu diperhatikan adalah bagaimana beliau mempraktekannya dalam kehidupan. Kalimat-kalimat beliau yang indah tidak hanya memberikan ketenangan pada perasaan atau sekedar basa-basi tak bermakna. Kalimat ini benar-benar terwujud nyata dalam keseharian di rumah beliau dan para sahabat.

Kami berani menantang dunia untuk coba memberikan satu contoh sikap Rasulullah SAW yang menyakiti hati perempuan baik itu dari istri-istri beliau, perempuan-perempuan muslimah, atau bahkan wanita-wanita musyrik. Pasti tidak akan ditemukan ! cukuplah kami menyajikan beberapa sikap beliau kepada perempuan, walaupun tanpa komentar agar kita mengetahui bagaimana kasih sayang beliau kepada mereka.

Suatu saat Abu Bakar meminta izin untuk masuk ke rumah Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau mendengar Aisyah, anaknya bersuara dengan keras. Beliau masuk dan hendak menampar Aisyah. “aku tidak ingin melihat kamu bersuara keras di depan Rasulullah SAW,” nasihatnya. Rasulullah SAW langsung menghalanginya Abu Bakar pun keluar dengan keadaan marah. Rasulullah SAW lalu bersabda “ Bagaimana pendapatmu terhadapku?Aku telah menyelamatkan dirimu dari kemarahan ayahmu.”  Abu Bakar tidak datang selama beberapa hari, kemudian kembali berkunjung ke rumah Rasulullah SAW.  Dia mendapatkan keduanya sudah berbaikan Abu Bakar berkata, “ izinkan aku masuk dalam damai kalian sebagaimana kalian telah mengizinkan aku masuk ketika kalian dalam perselisihan.” Nabi bersabda,”Sudah kami lakukan, sudah kami lakukan.” .

Di sini terlihat bahwa kasih sayang Rasulullah SAW melebihi kasih sayang seorang bapak. Dalam kisah ini, ayah Aisyah, Abu Bakar Assiddiq ingin menghukum putrinya atas kesalahan yang ia lakukan tapi Rasulullah SAW menghalanginya.

Terkadang istri beliau melakukan kesalahan yang besar di depan umum, yang menyebabkan kekesalan di hati Beliau. Namun Beliau tetap memahami kondisinya, mamaklumi kelemahannya, dan memaafkan kecemburuannya. Beliau tidak bereaksi atau melanggar batas. Beliau tetap bersikap lunak dan memaafkan.

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa ; ketika Rasulullah SAW berada di rumah salah seorang istri beliau, tiba-tiba ada beliau yang lain mengirimkan makanan. Sang istri ini langsung memukul tangan Rasulullah SAW hingga makanannya jatuh dan nampannya terbelah dua Rasulullah SAW menyambungkan kembali nampan ini dan mengumpulkan makanan. Beliau bersabda, “ibu kalian (Ummul Mukminin) sedang cemburu. Makanlah !”  mereka pun makan beliau menahan piring itu sampai Aisyah datang membawa piring lain yang utuh dari kamarnya. Lalu Aisyah menyerahkan piring yang masih bagus itu ke Rasulullah SAW dan beliau pun meninggalkan piring yang pecah ditempat orang yang memcahnya (Aisyah).

Rasulullah SAW melewati kondisi ini dengan mudah beliau mengumpulkan makanan yang terjatuh dan bersabda pada para tamunya, “makanlah!”  beliau menerangkan bahwa penyebab marahnya adalah rasa cemburu, tanpa lupa mengangkat derajatnya. “ ibu kalian sedang cemburu,”  kata beliau. Ibu kalian berarti Ummul Mukminin.

Salah satu bentuk kasih sayang Rasulullah SAW pada wanita adalah kasih sayang yang beliau lakukan pada para janda. Rasulullah SAW mengangkat derajat orang-orang yang memperhatikan urusan para janda sampai pada derajat yang tak seorangpun membayangkannya. Beliau bersabda :

            orang yang mengurusi janda dan orang miskin seperti mujahid di jalan Allah atau orang yang shalat sunat di malam hari dan berpuasa di siang hari.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad)

            Sungguh, alangkah agungnya!.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling cepat mengamalkan apa yang beliau ucapkan. Abdullah bin Abi Aufa menuturkan bahwa nabi Muhammad SAW, tidak menolak berjalan bersama janda dan orang-orang miskin untuk menunaikan keperluan mereka. Ada yang lebih menakjubkan dari hal itu, yaitu kecintaan beliau kepada budak-budak perempuan Anas bin Malik menuturkan, “sungguh ada seorang budak perempuan di Madinah yang memegang tangan Rasulullah SAW dan membawanya kemana dia suka.” Ibnu Hajar memberikan komentar atas hal itu, ia berkata, “ adanya ungkapan akhdzul yad (memegang tangan) menunjukkan tingginya pelayanan beliau, walaupun keperluannya berada di luar kota. Ia akan meminta bantuan beliau atas hal ini. Ini menunjukkan akan ketawadduan beliau dan terlepasnya beliau dari tanda kesombongan.”. (Fathul Bari : 10/490).

Apa yang kita lihat dari Rasulullah SAW ini menjadi dalil yang sangat kuat akan kenabian beliau. Akhlak yang sangat mulia ini tidak akan muncul kecuali dari seorang Nabi.

            Benarlah firman Allah :

            Dan tiadalah Kami mengutus kamu melaikan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS Al Anbiya :107).